[PARENTALK] GENDERISASI MAINAN ANAK


" Anak laki-laki kok mainnya masak-masakan?"
"Masa anak laki-laki dikasih boneka?"

Dan masih banyak lagi citasi-citasi yang terkesan meng-genderisasi-kan mainan anak.

Pertama, sebagai disclaimer, saya si ibu muda cantik ini bukan ahli parenting. Ilmu parenting saya masih fakir. Beneran deh. Jadi jangan anggap post ini sebagai acuan mutlak. Ini murni hanya buah pemikiran seorang saya. Diapresiasi syukur, enggak juga gak papa. Dikritik boleh, silahkan.

Pernah tidak mendengar ucapan-ucapan seperti diatas?
Kalau saya, sering. Anak saya cowok, umurnya bentar lagi 3 tahun. Dia lagi senang-senangnya mengeksplorasi. Dan sejak umur 2 tahun,semenjak dia bisa memilih mau makan apa, dia sudah menunjukkan ketertarikannya pada kegiatan masak-memasak.

Contohnya nih, kalau dia susaaahhhh makan, saya biasanya menawari dia alternatif pilihan untuk lauk makanannya. Alternatif itu biasanya telur atau tempe, kadang tahu atau malah chicken nugget (yes, the instant one. i've told you i'm not the master of parenting). Nah, lalu saya ajak dia untuk 'memasak' lauknya sendiri. Misalnya kalau membuat telur ceplok, saya minta dia untuk bantu membumbui dengan garam atau mengocok telurnya. Kemudian dia akan makan dengan sangat lahap hasil 'masakan'-nya itu. Tanpa komplain, seriusan.

Melihat ketertarikannya ini, saya dan suami membelikannya mainan masak-masakan.

Mainan masak-masakan untuk perempuan?

Saya rasa tidak juga.

Entah berapa tahun yang akan datang, saya ingin anak saya menjadi lelaki yang mandiri. Lelaki yang bisa memasak makanan untuknya sendiri. Lelaki yang tidak segan mengerjakan pekerjaan rumah yang kadang masih dianggap tabu untuk sebagian orang.

Saya selalu melibatkan anak saya dalam kegiatan rumah-tangga, seperti memasak diatas. Kadang juga dia 'membantu' menyapu lantai dengan sapu ukuran kecil yang biasa dipakai untuk membersihkan debu.
Saya percaya tidak hanya perempuan yang harus tanggap dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga termasuk memasak. Laki-laki juga.

lagi suapin teletubbies makan. FYI boneka ini warisan dari adik saya yang sudah SMA.
hari gini kayaknya udah gak ada yang jualan teletubbies.


Selain main masak-masakan, anak saya Atha juga hobi maen boneka.
"Hah??? Anak cowok kok main boneka?"
Nah, saya menerapkan role-playing dengan boneka-bonekanya Atha. Ceritanya si teletubbies dan minion ini adalah 'adik-adik'nya Atha, Dia senang sekali 'mengasuh' adik-adiknya. Dari mulai nyuapin, ngedongengin, macem-macem deh. InsyaAllah kalau sudah punya adik beneran nanti Abang Atha bisa ikutan ngasuh ya? Hehehe

Dari role-playing dia belajar bagaimana menjadi seorang kakak dan teman. Latihan bagaimana menghadapi yang lebih kecil daripada dia. Anaknya enjoy kok, malah dia sering banget bercerita tentang pengalamannya hari ini kepada boneka-bonekanya.

disuapin biskuit


Meskipun seneng main masak-masakan dan boneka, Atha juga seneng banget mobil-mobilan dan superhero. Koleksi mobilnya banyak banget, warisan dari om-nya, kakak suami saya yang juga hobi koleksi mobil-mobilan. 

bantuin ayah nyuci motor. tapi banyakan main airnya sih
mobil kesayangan. katanya ini Nissan Terrano
Buat saya semua mainan itu universal, unisex. Tidak ada mainan khusus untuk cowok dan cewek. Semua mainan punya nilai edukasinya sendiri.
Tidak perlu menganggap bahwa anak cowok tidak pantas main masak-masakan. Siapa tahu suatu hari nanti dia bakal jadi chef hebat, ala-ala Gordon Ramsay gitu. Amiiinnnnnn :)

0 komentar

Hello beautiful! Thanks for visiting my blog.
Komentar dari kamu akan membuat aku lebih semangat lagi untuk ngeblog.
Oh iya, tolong untuk tidak meninggalkan link hidup ya :)